Rabu, 19 Maret 2014

Dialog Ego dan Hati

“Hey, kenapa kamu masih bertahan dalam kondisi ini? Tidakkah kau menyadarinya sampai sekarang? Tidaklah kau tahu apa yang kau sebenarnya telah ketahui?”

-         Iya , aku masih bertahan sejauh ini. Dan aku masih ingin bertahan entah sampai kapan. Aku tahu dan aku ingin seolah-olah tak pernah tahu. Aku cukup tahu dengan hal-hal yang ingin aku ketahui saja tidak ingin seolah-olah tahu semua padahal sebenarnya aku telah tahu semua secara detail.

“Pernyataanmu memang selalu membingungkan dan rancu ya. Tidakkah kau sadar? Hatimu sendiri kau biarkan terkikis perlahan dalam kesakitan yang kau lakukan? Tidaklah kau menyayangiku?”

-         Iya, aku tahu aku selalu membingungkan. Aku tidak punya pedoman . tidak ada pegangan atas apa yang aku lakukan sejauh ini. Aku bagai kapal diatas badai. Tidak berarah dan siap akan tenggelam dalam lautan kesedihan. Tapi aku kuat-aku kapal dan aku nahkoda yang berjuang dalam kondisi ini. Begitukah? Sakit, iya aku tahu akupun sakit melalukannya tapi aku ingin berpura-pura tidak sakit. Aku kuat dalam kelemahan hatiku. Aku tegar dalam tangis yang melebur sau dalam kekecewaan. Tapi.. apa aku salah jika terus bertahan seperti ini..aku pun tidak cukup mengerti.. aku tidak dapat berpikir jernih-yang aku tahu aku masih nyaman dalam kondisi kepura-puraan ini.

“Coba kamu pikirkan lagi, tidak semua bisa bertahan diatas kepura-puran dan bahkan hampir tak ada yang bisa. Jujurlah-dengarkan aku, hatimu yang paling dalam. Aku tahu kau memang cukup tegar sampai saat ini. Kau selalu berhasil mendapatkan alasan-alasan untuk terus bertahan. Tapi sejauh apakah kau lakukan hal ini? Tidakkah kau menyayangiku. Tidakkah kau menyayangi hati ini. Aku sudah mencoba bertahan, tapi apa kan terus bertahan terus ? Tidakkah kau dengarkan aku sekali ini saja. Ini memang tidak mudah. Bahkan memang tidak akan pernah mudah. Tapi, aku yakin, aku-hatimu sudah Tuhan siapkan untuk menerima kenyatan ini. Jadilah bijak untuk hati ini.”

-         Maaf, aku adalah ego yang selalu berpura-pura tidak tahu dan penuh kemuafikan. Aku lemah dalam kondisi ini. Sungguh lemah-kau berhasil melemahkan aku atas pernyataanmu. Mungkin memang aku harus berhenti bertahan. Bertahan di atas kesakitan-kepura-puraan ini. Aku tidak ingin melihat diriku  berada diatas pusara perasaanku sendiri. Mungkin, Dan tidak perlu kata Mungkin, aku memang harus meninggalkan ini. Menjadi jujur bersama hati . Tuhan, selalu menegarkan hati ini. J Iyaa, aku harus percaya Tuhan tidak akan membiarkan aku seperti ini. 
Mulai detik ini, aku berhenti.
Mengharapkan apa yang tidak bisa diharapkan
Menunggu apa yang sudah tidak bisa lagi ditunggu
Menanti jawaban yang tidak pernah ada soal
Itu mustahil
Seperti Sekarang Ini
Tidak ada jawaban yang harus aku tahu-dan aku tunggu, karena semua telah jelas, telah benar-benar jelas. Lewat cara Tuhan meunjukan semua kebenarannya. Aku harus sadar dan tegas. Tidak ada pengorbanan atas hati yang hanya sia-sia.”

-Bertahanlah untuk seseorang yang membantumu untuk bertahan, jangan bertahan sendiri. Kamu tidaklah cukup kuat untuk menghadapinya dan menjalaninya sendiri. Lihat masih banyak yang kau harus lakukan, hanyalah waktu dan kesibukan yang akan benar-benar melupakanmu atas kejadian ini. Semangat. Hidup tidak bisa berjalan diatas kepura-puraan. Dunia ini memang panggung sandiwara, namun bukan berarti kau harus menjadi aktor seperti dalam film. Menjadilah natural. Bersedih silakan..bersedihlah sekarang-ini waktunya. Tapi cukuplah sebentar. Bahagialah lebih lama. Satu lagi—tidak semua hal bisa kau masukkan dalam hati . “

Tidak ada komentar:

Posting Komentar