“Hey, kenapa kamu masih bertahan dalam kondisi ini?
Tidakkah kau menyadarinya sampai sekarang? Tidaklah kau tahu apa yang kau
sebenarnya telah ketahui?”
-
Iya , aku masih
bertahan sejauh ini. Dan aku masih ingin bertahan entah sampai kapan. Aku tahu
dan aku ingin seolah-olah tak pernah tahu. Aku cukup tahu dengan hal-hal yang
ingin aku ketahui saja tidak ingin seolah-olah tahu semua padahal sebenarnya
aku telah tahu semua secara detail.
“Pernyataanmu memang selalu membingungkan dan rancu
ya. Tidakkah kau sadar? Hatimu sendiri kau biarkan terkikis perlahan dalam
kesakitan yang kau lakukan? Tidaklah kau menyayangiku?”
-
Iya, aku tahu aku
selalu membingungkan. Aku tidak punya pedoman . tidak ada pegangan atas apa
yang aku lakukan sejauh ini. Aku bagai kapal diatas badai. Tidak berarah dan
siap akan tenggelam dalam lautan kesedihan. Tapi aku kuat-aku kapal dan aku
nahkoda yang berjuang dalam kondisi ini. Begitukah? Sakit, iya aku tahu akupun
sakit melalukannya tapi aku ingin berpura-pura tidak sakit. Aku kuat dalam
kelemahan hatiku. Aku tegar dalam tangis yang melebur sau dalam kekecewaan.
Tapi.. apa aku salah jika terus bertahan seperti ini..aku pun tidak cukup
mengerti.. aku tidak dapat berpikir jernih-yang aku tahu aku masih nyaman dalam
kondisi kepura-puraan ini.
“Coba kamu pikirkan lagi, tidak semua bisa bertahan
diatas kepura-puran dan bahkan hampir tak ada yang bisa. Jujurlah-dengarkan
aku, hatimu yang paling dalam. Aku tahu kau memang cukup tegar sampai saat ini.
Kau selalu berhasil mendapatkan alasan-alasan untuk terus bertahan. Tapi sejauh
apakah kau lakukan hal ini? Tidakkah kau menyayangiku. Tidakkah kau menyayangi
hati ini. Aku sudah mencoba bertahan, tapi apa kan terus bertahan terus ?
Tidakkah kau dengarkan aku sekali ini saja. Ini memang tidak mudah. Bahkan
memang tidak akan pernah mudah. Tapi, aku yakin, aku-hatimu sudah Tuhan siapkan
untuk menerima kenyatan ini. Jadilah bijak untuk hati ini.”
-
Maaf, aku adalah
ego yang selalu berpura-pura tidak tahu dan penuh kemuafikan. Aku lemah dalam
kondisi ini. Sungguh lemah-kau berhasil melemahkan aku atas pernyataanmu.
Mungkin memang aku harus berhenti bertahan. Bertahan di atas
kesakitan-kepura-puraan ini. Aku tidak ingin melihat diriku berada diatas pusara perasaanku sendiri.
Mungkin, Dan tidak perlu kata Mungkin, aku memang harus meninggalkan ini.
Menjadi jujur bersama hati . Tuhan, selalu menegarkan hati ini. J Iyaa, aku harus percaya Tuhan tidak akan membiarkan
aku seperti ini.
Mulai detik ini, aku berhenti.
Mengharapkan apa yang tidak
bisa diharapkan
Menunggu apa yang sudah
tidak bisa lagi ditunggu
Menanti jawaban yang tidak
pernah ada soal
Itu mustahil
Seperti Sekarang Ini
Tidak ada jawaban yang harus
aku tahu-dan aku tunggu, karena semua telah jelas, telah benar-benar jelas.
Lewat cara Tuhan meunjukan semua kebenarannya. Aku harus sadar dan tegas. Tidak
ada pengorbanan atas hati yang hanya sia-sia.”
-Bertahanlah
untuk seseorang yang membantumu untuk bertahan, jangan bertahan sendiri. Kamu
tidaklah cukup kuat untuk menghadapinya dan menjalaninya sendiri. Lihat masih
banyak yang kau harus lakukan, hanyalah waktu dan kesibukan yang akan
benar-benar melupakanmu atas kejadian ini. Semangat. Hidup tidak bisa berjalan
diatas kepura-puraan. Dunia ini memang panggung sandiwara, namun bukan berarti
kau harus menjadi aktor seperti dalam film. Menjadilah natural. Bersedih
silakan..bersedihlah sekarang-ini waktunya. Tapi cukuplah sebentar. Bahagialah
lebih lama. Satu lagi—tidak semua hal bisa kau masukkan dalam hati . “